Kamis, 03 Juli 2014

Peri Pecicilan

Rian sewot. Setelah beberapa hari yang lalu kesal karena melihat Tasya ngobrol sama Malik di depan perpustakaan, kini dia melihat Tasya ketawa-ketiwi berdua dengan Ben di koridor. Hatinya mengelak. Iya sih, Tasya memang punya banyak teman karena selain cantik ,dia juga baik hati dan menyenangkan. Semua memanggilnya Peri. Peri yang selalu membawa keceriaan. Tapi kalo melihat Tasya berduaan dgn cowok-cowok itu? hhh..gak rela rasanya. Belum lagi laporan Jenni yg bilang kalau Tasya makin akrab dengan Ben semenjak satu kelompok teater untuk pensi. Dasar pecicilan! 

Dikelas, Rian menghempaskan tubuhnya ke bangku.Tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan hp dengan gelisah. 

'asyiknya ktawa-ktiwi...' 

-send- 

semenit, dua menit, tiga menit. Belum ada balasan. Rian makin gerah. Pasti si Pecicilan itu terlalu asyik sampai mengabaikan smsnya. 

Tring! 

Gemas, Rian langsung membuka SMS yang baru masuk. 

'knp sih,syg?org lg ngbrol,mang g blh?' 

beuuuh,jawaban yg tambah bikin gemas. Rian makin panas. 

"Kami cuma ngobrol biasa, kok," Tasya nyengir, berusaha menghidupkan suasana. Rian mulai lagi. Seperti biasanya, mencecanya dengan kecurigaan. "Nggak pake pegang-peganganan tangan, Yan. Suer!" 
Didepannya Rian diam dengan muka kusut. "ngapain ketawa-ketiwi sama Ben?Ganjen!" 

kalau sudah marah,Rian yang ganteng itu terlihat menyeramkan.Tasya selalu berusaha mengerti dengan sikap Rian yang mudah marah, meski lama-lama kesal juga,sih. Tasya selalu ceria dan santai menanggapi semuanya dengan canda supaya tidak memperkeruh suasana. 

"Yan..?" 

"kamu itu pecicilan! Mentang-mentang banyak yang suka sama kamu! Tapi bukan berarti kamu seenaknya nyakitin perasaan aku" 

"nyakitin?aku kan ga nyubitin kamu" 

"ampuuun,kamu ga berasa nyakitin aku?" 

"engga" 

"Tasya?" 

"iya?" 

"ampuuuuun deh!" 

"lha? kok minta ampun? tenang Ibu Peri yg baik ini mengampunimu, Yan" 

"hhh!kamu tuh yaaa!" Rian gemas. Ditatapnya mata Tasya dengan marah.Tapi, mata bening Tasya membuatnya dilema. Mata yang sungguh Rian suka dan membuat dia jatuh cinta karenanya. Bening, tenang, cerah dan terlihat lugu. Ah, lugu?engga,engga! Tasya gak lugu. Buktinya suka banget bikin cemburu. Kesana-sini senyum, ramah, ketawa.hiiih..pecicilan tingkat tinggi! 

"aku gasuka kamu dekat dgn Ben,Tasya.. "akhirnya Rian mengungkapkan unek-unek yang sedari kemarin disimpan nya. 

"masa aku harus ngomong jauh-jauhan sama Ben. Pake toa musholla gitu?" 

"serius,Tasya!Ngobrol ga musti dekat-dekatan di koridor belakang begitu kan, berduaan doang lagi" 

"aku ga deketdeketan terus.Dia pulang kerumahnya,aku pulang kerumahku. Dia dikelasnya,aku dikelasku" 

"Tasyaaaa aku serius! Kamu terlalu dekat dengan Ben,pasti ada apa-apanya." 

"Iyaaaa aku jugaaaa seriuuus. Ada apa-apanya apa?" 

"kamu pacaran sama Ben?!" 

Tasya tergelak." Ben siapa? Ben 10!wah enak pacarku superhero" 

"aku lagi marah Tasya" 

tawa Tasya berhenti. "kok curiga gitu?" 

"iya, kan?"desak Rian 

"nggak" 

"iya!" 

"yaudah,kamu yang bilang iya" 

"Tasyaaaaaaa.." 

"Riaaaaaaaan.." 

"pokoknya aku gak suka kamu dekat-dekat sama semua teman cowokmu itu. Aku gak suka liat kamu pecicilan." 

"kamu selalu nyebut aku pecicilan. Aku kan gak pernah cicil,lunas terus tauu!" 

"terserahlah!aku ga suka sama sikap kamu. sekarang kamu mau dekat sama siapapun aku ga perduli lagi"Rian bergegas dgn langkah marah 

"Yan?bener ga perduli lagi?" 

"ngaaaak!!"teriakan Rian makin jauh 

"yakin?Yaaan?" 

tak ada sahutan.Tubuh Rian telah menghilang di belokan koridor. 

Tasya kekelas dengan muka lecek. 

"Kenapa,Sya?"tanya Mia teman sebangku Tasya sejak SMP.

"Rian, Mi !udah ngambek mulu, ngatain gue pecicilan lagi, sebeeeeel!" 

"sebel apa cinta?" tanya Mia sambil menyikut Tasya.

"seb.."Tasya menghela nafas."cinta sih.." 

"wajar Rian cemburu,lo yg salah" 

"waaajar?"Tasya terbelalak "ga wajar lah! Masa remaja gue bakal hilang dong kalo gue ga boleh bergaul sama cowok manapun.." jawab Tasya sewot

Mia menatap mata Tasya. "jadi, menurut lu Rian salah?" 

"Ya salahlah!" 

"trus lu merasa bener?" 

"Ya iyalah!" 

Mia menghela nafas. Sahabatnya ini memang ego nya agak tinggi. Jadi musti sabar-sabar deh menghadapi Peri satu ini. 

"intinya di suatu hubungan musti ada tenggang rasa&kepercayaan" 

"betul!"cetus Tasya masih kesal 
"nah,lo udah tenggang rasa belum sama Rian?" 

"haa?"Tasya diam. Bagaimana dengan Glen, Romi, Halid, Malik, Reno, Rio, Yogi dan sekarang Ben. Gimana Rian ga protes tiap melihat Tasya dengan mereka ketawa-ketiwi. 

"mereka semua kan temen2 gue,Mi." ucap Tasya pelan. "Jauh sebelum gue pacaran sama Rian. Masa deket aja ga boleh. Rian keterlaluan cemburunya" Tasya membela diri. 

"Rian mungkin posesif.Tapi dia sadar, dia punya pacar cantik -peri- yg konon sebelum pacaran sama dia, jadi rebutan cowok-cowok. Dia takut kehilangan lo" 

"berarti dia ga percaya sama gue dong?" 

"karna lo ga berusaha menanamkan rasa percaya ke Rian." Jawab Mia tegas

Tasya diam terpaku. 

Mia beranjak. "Gue laper,Sya. Mau kekantin. Ikut?" 

Tasya menggeleng. 
Apa benar yg dikatakan Mia? 




Rian duduk dikelas dengan muka kusut. Seperti kemeja yang belum disetrika. 
"payah lo, kucel mulu itu muka" cetus Yoga yang menyusul duduk di sebelahnya."Peri bete lu cemburuin terus tuh" ujar Yoga seperti tau Rian tengah menunggu kabar dari Tasya. Sudah dua hari ini mereka tidak pulang sekolah bareng. 
Rian tidak menjawab. Ia merogoh kantong sakunya,melihat layar hp-nya. Kosong. Tasya belum menghubunginya sama sekali. 
"siapa yang ga kesel liat pacarnya akrab-akraban sama cowok lain..." akhirnya Rian angkat bicara. Biasanya ia paling malas kalau harus cerita masalah asmara nya dengan teman-temannya.

"ya lo bilang dong sama peri" 

"yang ada malah sewot dia, nganggep gue curigaan." 

"ngomongnya baik-baik, jangan sambil ngotot. Cewek tuh harus dilembutin. Bukan digerutin..." kata Yoga sambil duduk diatas meja Rian. 

"wajar kan kalo gue cemburu?" akhirnya Rian jujur juga. Padahal selama ini dia pantang berterus terang pada sahabatnya soal yang satu ini. "gue gasuka liat Tasya pecicilan sama cowok-cowok. Mungkin dulu sebelum dia jadi pacar gue terserah mau deket sama siapa aja, tapi sekarang,harusnya dia bisa jaga perasaan gue" 

"kalo lo percaya dia, lo ga musti curigain dan ngekang Tasya terus. Ya,wajar lp cemburu, tapi lo ga bisa ubah itu secepatnya. Pelan-pelan,broo..." 

Rian meluruskan kakinya, berselonjor. Wajah Tasya bermain dipikirannya. Tasya yang bawel dan selalu ceria. Tasya yang disukai banyak orang karena sifat periangnya dan selalu meramaikan suasana. Tasya yang selalu membuatnya tertawa dan bikin acara pacaran mereka penuh canda. 
Tapi... 

"harusnya lo tau konsekwensi pacaran sama peri. Dia cantik, banyak yg suka. Selagi lo bisa jaga dia, lo ga usah khawatir dia kelain hati. Malah kalo lo ikat dia, dia bakal berontak dan kabur. Dan pada akhirnya lo malah kehilangan dia sama sekali." 

Rian melirik Yoga. 
Benarkah apa yg dikatakan Yoga? 




Tasya tersenyum saat melihat Rian berjalan kearahnya. Setelah tiga hari menghindar darinya,siang ini Rian mau bicara dengan Tasya. Senangnyaaa, betapa dia rindu pada cowok keren itu. Tasya bertekad akan menuruti kata-kata Mia, bahwa dia harus jaga perasaan Rian. 

"Hey.." senyum Tasya sumringah 

"hai,Tasya" Rian sudah berdiri didepan Tasya. Dia rindu peri cantiknya itu. Mereka duduk di pojok kantin. 
"maafin aku ya.."Tasya membuka percakapan. "kamu bener..harusnya aku jaga perasaan kamu.." 

Rian tertegun,tak disangka Tasya memulai terlebih dahulu. Padahal baru saja ia ingin menuruti kata2 Yoga. 

"mulai sekarang aku ga akan dekat-dekat dengan teman cowokku..." 

Rian tambah tertegun. Peri cantik pecicilannya bicara begitu? 

"bener??" tanya Rian 

"iya,sueeer.." 

"tapi kalo kamu masih pecicilan?" 

"engga kok, aku kan nurut sama kamu" 

Rian bahagia mendengarnya. 

"kita baikan lagi yaaa"ucap Tasya manja 
Rian mengangguk,Harusnya dia yakin kalau Tasya begitu mencintainya. 

"aku juga minta maaf ya,Sya." 

Tasya tersenyum manis. 
Tiba-tiba hp Tasya bergetar. Suara Tasya mulai merepet. 
"Halo? Iya Ben?Seriuus?!waah senangnyaa,jadi proposal pensi udah disetujui?Hmm..aku selalu dukung kamu,kok! Nanti kalau kita sama-sama pergi ke..." 

Rian diam. Menyeruput es jeruknya dengan perasaan aneh. Baru saja peri cantiknya berjanji... 
Baru saja... Ahhhh.. 
Tapi dia ingat kata-kata Yoga "kalo lo ikat dia,dia bakal berontak. Lo akan kehilangan dia sama sekali' 
semoga Yoga benar.

Dipandanginya peri hatinya yang masih sibuk berceloteh.
Peri Pecicilan yang sangat dicintainya dan sering membuatnya gemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar