Kamis, 03 Juli 2014

Jatuh Cinta Diam-Diam

Aku masih sibuk memandanginya..
Memandangi sosoknya dari kejauhan..
Melihat tawa dan canda bersama teman-temannya, memandanginya berjalan, bangkit dari tempat duduknya, berbicara, bermain gitar dan segudang aktifitas lain yang tak luput dari pandangan mataku.
Aku senang mendengar caramu tertawa, nyaman rasanya. Tapi mungkinkah suatu saat nanti aku yang akan membuatmu tertawa?
Ahh, memandangmu saja nyali ku sudah ciut.
Aku memang pemalu, pemalu kepada orang yang dicinta.
Jantungku berdebar sangat cepat hingga aku bisa merasakan debarnya kalau kau membuka percakapan denganku.
Kau amat istimewa, maka aku terlihat payah jika berhadapan denganmu.
Kamu tau? Iri rasanya hati ini melihat kau bisa tertawa, bercanda dan bercakap-cakap dengan gadis lain. Aku ingin seperti mereka, namun nyaliku terlalu lemah untuk gadis hyperaktive sepertiku.
Kamu, bahkan mereka, tidak tau kalau ini salah satu dari sejuta kelemahanku.


Hanya dua hari dalam seminggu kita bisa bertemu, meski kita hanya membisu, namun bisa melihat sosokmu saja sudah lebih dari cukup. Aku benci dengan diriku yg terlalu payah dihadapanmu, begitu sulit mulut ini untuk berbicara banyak. argh!
Kamu memetik gitar di pojok sana. Bisakah kau memainkan lagi untukku di lain kesempatan? Saat 'aku' dan 'kau' menjadi 'kita' misalnya. 

Tapi... apakah mungkin?
Kamu terlalu misterius, kamu terlalu sulit didapat. 
Apa benar kau hanya ada dalam mimpi dan tak ada keinginan untuk menjadi realita?
Begitu nyamannya kah kau berada dalam mimpiku hingga kau enggan untuk menjadi nyata?

Maka..


Bangunkan aku jika kau sudah menjadi kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar