Minggu, 27 Juli 2014

Kamu, Baca!

Malam ini masih sama, sepi.
Tanpa ada siapapun yang menanyakan kabar atau sekadar menyapa. Semua masih sama, kosong.
Tiba-tiba  kau datang. Kau yang paling bisa membuat sekeping hati menjadi rapuh tak tertolong. Kenapa? Kenapa sekarang?!
Baru-baru ini aku bahkan nekat menghapus semua memori yang mungkin jika ku tengok semua usaha ku untuk secepatnya melupakanmu akan gagal. Semua chat panjang dari tahun kemarin yang mungkin jika ku lihat ulang air mataku akan tumpah sejadinya. Tapi aku sudah cukup pintar untuk tidak melakukan hal-hal bodoh semacam itu. Aku lelah. Kau harus secepatnya pergi.
Sekarang aku tahu, bahwa aku sudah sampai di titik ternyaman. Titik ketika aku menengok lagi ke belakang, semuanya sudah tidak sama lagi. Aku rindu momen-momen itu, namun aku tidak ingin kembali lagi menerobos ruang waktu untuk kembali ke masa itu. Hanya rindu, hanya kenangan. Bukan untuk dilupakan atau dihilangkan, hanya untuk sesekali menengok kebelakang, tapi bukan untuk berlabuh disana.
Karena aku sadar, bagaimanapun juga, jangan lupa kalau hati lah yang harus dijaga, bukan lukanya. Jadi, teruslah berjalan, teruslah melangkah kedepan. Kalau tidak, kamu akan ketinggalan.
Namun kau datang dan memintaku kembali? Setelah sekian banyak air mata yang menetes? Setelah sekian banyak tangisku untuk menahanmu supaya jangan pergi? Setelah sekian banyak usahaku untuk menghapusmu? Dan sekian banyak hal gila lain yang kulakukan? Dan sekarang kau datang lagi dengan seenaknya? Bahkan kau tak tahu diri.
Kau merusak moodku malam ini.
Tapi sebagai wanita yang dulu sempat kau bahagiakan, aku seperti berdiri di persimpangan jalan. Memilih untuk terus berjalan lurus, atau memutar haluan dan kembali kepada orang yang sama.
Kemudian air mata itu datang lagi, air mata yang sudah lama tidak kukeluarkan untuk seorang pria. Aku bingung..
Tapi aku tidak boleh menjadi gadis bodoh lagi. Aku berlari sekencangnya. Berlari ke depan. Menjemput dia yang mungkin sedang menunggui ku di ujung jalan sana.
Karena bahagia selalu menemukan jalan untuk tetap sampai ke tempatnya. Dari arah mana saja, ke arah mana saja. Dan ini lah jalan yang ku pilih, untuk terus berjalan ke depan, untuk kamu yang disana.

Maybe there's nothing wrong, maybe you just have to move on. And I got it! :)

Jumat, 25 Juli 2014

Kamu yang Hadir Dimimpiku Dua Hari Ini

Aku bingung. Sudah dua hari ini kau berkeliaran di alam mimpiku. Selalu saat malam.
Aku bingung. Pertanda apa ini?

Semua benar terasa, bahkan aku bisa merasakan debarnya. Debar yang sudah kukenali sebelumnya. Debar yang tak beraturan, begitu cepat, begitu menghentak.
Kau begitu nyata, terbukti dari obrolan-obrolan diselingi tawa yang ada, seolah meyakinkanku bahwa itu bukan sekadar mimpi belaka.
Aku enggan membuka mata, jika aku tau itu hanya mimpi.
Aku bertanya-tanya, apakah kau juga memimpikan aku? Atau hanya aku yang sibuk memandangimu dari mimpi ini?
Aku ingin bersamamu lebih lama, lebih dekat, lebih jelas, dan biarkan aku menikmati tidur panjangku.
Jangan ganggu tidurku, kalau di mimpiku, ada kamu.

Biarkan aku tidur lelap, lebih lama lagi.

Goodbye Love, You Flew Right by Love

"Apa kabarmu?"
"Sedang apa?"
"How's your life?"

Melepaskanmu........ ternyata seberat ini.
Aku hanya bisa menahan segala pertanyaan-pertanyaan yang kemudian mengitari seluruh otakku, tentang kamu. Aku tak bisa melakukan apa-apa kalau jantung ini bergemuruh saat aku singgah di tempat pertemuan pertama kita. Ya, pertama kali kita santai minum susu di sebuah food court daerah karawaci. Lalu kenangan tentang asyiknya menghabiskan waktu disana bersamamu mulai bermunculan, tentang kamu yang manis. Kamu yang terlihat tampan dengan kemeja hitam yang menurutku terlalu resmi untuk jalan-jalan di siang hari, kamu yang terlihat lucu saat memesan menu, kamu yang terlihat antusias mendengar ceritaku, kamu yang mengenggam tanganku saat menyebrang. Kau tau?Lututku terasa lemas saat perlahan jemarimu meraih pergelangan di tanganku. Dan terlalu banyak 'kamu yang' lain dikepalaku.
Kalau sudah begitu aku bisa apa selain memikirkanmu, Janji itu seketika runtuh, terpaksa aku harus membangunnya dari semula.

Belum lagi saat-saat dimana aku mulai merindukanmu. Kamu yang jarang update di media sosial sedang aku yang selalu ingin tau segala aktivitasmu sehari-hari. Aku terpaksa membuka dan membaca recent chat kita di WhatsApp dulu. Dan kalau sudah begitu, biasanya aku nekat untuk menghubungimu. Menunggui balasan chat darimu selalu berhasil membuat jantungku berdetak tak beraturan.

Mungkin, jarak sedang mengajariku dengan cara membuatku sadar bahwa kamu berada cukup jauh disana, sedangkan membuatku sadar bahwa aku merindu sendirian disini.
Aku sadar sekarang, melepaskanmu harus memiliki keteguhan hati seperti baja. Yang dipaksa untuk mati-matian tidak menanyakan kabar ketika rindu itu kemudian mulai mendobrak pertahanan di hatiku.
Bahkan ketika semua hal buruk tentangmu mulai aku ketahui sedikit demi sedikit, sama sekali tak terlintas dipikiranku untuk meninggalkanmu sendirian. Tapi aku bisa apa selain diam. Bisu. Kelu. Kaku.

Dan saat ini, aku berada di tempat yang sama. Kursi yang sama dengan posisi yang sama. Dimana kita masih merasakan debar yang mungkin dinamakan "cinta". Sangat berbeda, ketika untuk kedua kalinya aku datang kesini. Dihadapanku kosong, bahkan susu yang ku pesan terasa hambar. Fragmen-fragmen kenangan tentangmu datang seperti ratusan pedang yang secara bersamaan menusuki jantungku, seperti hujan yang turun tanpa mendung, namun cukup deras.
Memang...
Ketika rasa itu masih ada dan dipaksa untuk tidak ada, bagaikan hujaman pisau, dan itu sakit.

Kamis, 17 Juli 2014

Aku dan Libur

Sekarang hari libur, ya meskipun cuma tiga hari. Tapi bagi mahasiswi semacamku, itu cukup membahagiakan. Hari libur selalu ku habiskan dirumah, lepas dari status kejombloan atau apapun, aku memang suka menghabiskan waktu dirumah. Rumah adalah tempat yang nyaman menurutku, setelah pantai. Hal yang paling aku suka dari rumah adalah saat-saat baca buku sambil memakai selimut di kasur dengan pendingin ruangan di setel enam belas, lengkap dengan yoghurt di tangan. Inilah yang dinamakan surga dunia.
Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan ritual rutin ini. Aku suka jalan-jalan, tapi kurang suka ke mall, aku lebih suka jalan ke tempat asing yang belum pernah dikunjungi. Berpetualang misalnya.
Buatku, mall bukan tempat yang buruk. Terkadang cukup asik buat nongkrong, tapi aku sudah bosan dengan hiruk-pikuk manusia metropolitan yang sibuk menghambur-hamburkan uangnya untuk barang-yang-belum-tentu-sangat-amat-penting. I'm don't envy them or anything, because it's their money and I don't have the right of it. But sometimes aku merasa masih banyak hal yang lebih berguna. Oke sebenarnya aku bukan mau bahas ini.

Masih tentang liburan, tempat ternyaman selain kamar adalah pantai. Ya, pantai adalah tempat tercantik. Aku suka pantai beserta pasir, ombak, dan matahari nya. Angin pantai selalu terasa menyejukkan, rambutmu akan tersibak dan kau akan kewalahan mengaturnya, ombaknya terasa sejuk seakan menggelitik tiap ruas jari-jari di kakimu. Pantai nampak lebih menawan di hari petang, begitu cantik. Angin nya semakin lembut dan membuat hati damai, hembusan angin di telinga seakan ingin memberimu suatu pesan dari Tuhan. 

Tapi perlu kalian tau, aku belum pernah ke pantai, dan mungkin kalian merasa ingin menjambak lalu menjedotkan kepalaku ke tiang berduri sekarang. 

Jujur, aku bisa mendeskripsikan pantai seindah itu karena aku mencoba menggambarkan apa yang kulihat di film. Meski aku tau kadang film dapat membohongi, tapi pantai pasti jujur. Siapa yang dapat membohongi sejuknya angin pantai? Siapa yang dapat membohongi indahnya matarahari di waktu petang, ingin tenggelam seolah malu-malu? Siapa yang mungkin membohongi suara ombak? Tidak ada seorang pun yang tega membohongi.

Mungkin suatu saat kita bisa pergi ke pantai, ajak aku melihat surga sebelum tiba saat nya surga Tuhan aku nikmati.

Gadis di Sudut Ruangan

Ruangan ini terlalu ramai, gaduh, berisik.
Ia memandangi manusia-manusia yang sedang bergurau dihadapan nya.
Mereka nampak hanyut dalam kebisingan.
Aku melihat seorang gadis yang tertawa kencang, terlihat sangat ceria.
Aku terus memperhatikan nya.
Kuperhatikan dalam-dalam kedua matanya.
Mata yang tidak dapat dibohongi..

Ah, aku sudah tidak tahan.
Namun, jiwa terus mengelak.
Apa yang aku pikirkan?
Orang sepertiku mustahil hanya berlakon sebagai penonton.
Bahkan aku lupa kalau akulah si tuan pemilik pesta.
Tapi, kenapa tidak ada yang melihatku?
Bahkan ini rumahku.
Kesal.. Aku ingin menangis, tapi kutahan.
Sial, dirumahku sendiri saja aku tidak dapat menangis.


Aku seperti tidak dianggap.
Mereka yang menuntutku harus selalu tampil ceria.
Tidak boleh ada air kesedihan terlukis.
Aku lelah untuk terus berpura-pura menjadi badut.
Kau tahu?
Aku kesepian.
Ya, sangat kesepian.
Mereka yang menganggap hidupku tanpa beban.
Mereka yang menganggap aku terlampau tegar untuk segala masalah.

Aku lelah..
Kegaduhan ini sangat mengganggu!
Bisakah kau matikan musik itu sebentar saja?
Aku ingin sendiri.

Aku ingin bercerita..
Bercerita tentang betapa aku lelah menjadi gadis yang selalu ceria.
Aku ingin menjadi bulan, yang tenang.
Bukan selalu manjadi si matahari, yang selalu bersinar.

Aku masih duduk di sudut ruangan.
Meringkuk.
Kedinginan.
Tidak kah ada yang melihatku?
Ah, apa yang aku pikirkan, tentu saja tak ada yang melihatku.
Lalu aku lantas pergi.

"Tunggu!" sebuah suara terdengar dari belakang. Ternyata si gadis ceria itu
"Ingin pergi?" lanjutnya.
Aku mengangguk.
"Aku ingin pergi, aku lelah berada disini. Lihat, tidak ada satupun yang memperdulikanku."
"Tidak boleh pergi!" balas si ceria dengan cepat.
"Kau lebih pantas berada disini, kau disukai banyak orang, kau punya banyak teman." jawabku. "Lihatlah diriku, seperti seonggok bangkai di sudut ruangan"
"Kalau kau pergi, bagaimana denganku?!" wajah cemas tergambar di wajah si gadis ceria. "Kau ada diriku juga.."
"Biarlah aku pergi. Toh, mereka lebih menyukaimu. Aku hanya sisi lain dari dirimu yang tidak nampak." jawabku seraya menjauh. "Dapatkah kau terus berlagak ceria?"
"T.. Tapi.."
"Aku akan kembali, sampai seseorang dapat membawaku kembali. Selamat tinggal"

Gadis itu berlalu.
Gadis di sudut ruangan, itu pergi.
Ia lelah, dan kesepian..

Favourite Songs :)

Gue adalah pecinta musik,
Gue gak pernah menyangkal semua hal yang namanya menyenangkan untuk diucapkan ini.
Musik. Yah, Musik.
How rich the kind of music in this world?
so rich. and lucky me. i grew up in with people who teach me how to choose a good song and music.

Dari sekian banyak lagu yang ada, gue tergolong orang yang suka mendengarkan segala genre lagu.
Bagi gue disetiap lagu punya keunikan dan pesan tersirat masing-masing.
So, ini adalah lagu yang paling sering gue play.

1.) Paper Heart by Tori Kelly

Lagu yang berhasil bikin gue nangis. Jadi lagu ini bercerita tentang seseorang yang mengingat kembali cinta pertamanya yang ada waktu dia masih kecil, dan gak bisa dipungkiri, meskipun saat jatuh cinta itu dia masih kecil, tapi  cintanya nyata dan masih membeku di kepalanya. Setiap foto yang ada, mengingatkan dia sama cinta masa kecil nya, tapi cinta itu udah pergi jauh, dan dia berharap semoga cinta masa kecilnya gak ngelupain semua tentang dia. karena dia udah gak ketemu lagi sama cinta masa kecilnya, dia cuma bisa lihat lewat gambar, dan berharap sekarang ada disisinya untuk memastikan bahwa semua akan baik-baik saja tanpa dirinya.

2.) Just Friend by Musiq Soulchild


Nah, kalo lagu ini emang enak buat didenger, soalnya bercerita tentang cowok yang mau ngajak cewek kenalan. Si cowok udah memperhatikan si cewek dari jauh dan bertekad buat tau nama si cewek ini sampai mikir kalo dia bakal ngasih nomor hape dan berharap cewek itu nelfon dia. Tapi si cowok kasih pengertian kalau dia bukan mau menekan cewek itu untuk jadi pacarnya, dia cuma mau temenan dan mungkin bisa jalan bareng suatu saat.

3.) Superhuman by Chris Brown ft. Keri Hilson

Duh, lagu romantis tentang seseorang yang berhasil mengubah hidup orang yang patah hati. Disaat dia nangis seharian karna sakit hati, tiba-tiba seseorang datang menghapus semua kesedihannya, makannya dikasih judul Superhuman :)

4.) Never Say Goodbye by JoJo

Lagu yang bercerita tentang seorang gadis yang belum pernah jatuh cinta, dia berpikir kalau gak ada orang yang care sama dia, walaupun udah sabar nunggu, tetap gak ada. Namun, kemudian dia salah, dia akhirnya merasakan jatuh cinta. gadis itu gak ngerasa kesepian lagi, gak ada tangisan lagi, dan dia gak mau mengucapka selamat tinggal buat orang yang dicintainya itu.

5.) Oklahoma by Billy Gilman

Suara bening Billy kecil emang paling adem buat didengerin, cerita tentang seorang anak yang belum tau siapa Ayahnya, dan suatu hari ada orang yang mengatakan bahwa ada pria yang sangat mirip dengan anak tersebut dan menangis bila melihat foto si anak. Akhirnya dia pulang ke Oklahoma dan gak ngerasa kesepian lagi.


Ya kira-kira segitu dulu ya, sebenernya masih banyak, tapi dari sekian banyak lagu yang punya arti paling bagus sejauh ini baru segitu.
Buruan download lagunya yah :p

Senin, 14 Juli 2014

10

Kau, indah.
Puji syukurku pada Tuhan karena mahakarya-Nya kau tercipta.

Kita, mulai berkenalan.
Sebelumya, kau hanya terlihat dari jauh.
Diantara yang lain, kau terlihat bersinar.
Kau sangat menyilaukan.

Entah..
Aku tidak pernah percaya kalimat "jatuh cinta pada pandangan pertama"
Yang kutahu, nafsu atau suka pada pandangan pertama.
Lalu, ini apa?

Namun, aku mencoba menepis semua.
Menepis rasa yang mungkin dinamakan suka.
Tidak, aku tidak mau rasa ini datang terlalu cepat!

Perihal hati, yang sempat mengalami cidera serius,
membuatku takut untuk memperbolehkan pria manapun singgah.
Aku hafal betul bagaimana perihnya hati yang disakiti.
Membuat dadamu terasa begitu sesak, hingga sulit untuk bernafas.
Kau ingin menangis sekencangnya, namun tenggorokanmu tertahan.
Kau ingin menangis sejadi-jadinya, namun air matamu tak kunjung jatuh,
Kau ingin marah, namun itu hanya sia-sia.
Ya, aku masih hafal betul.
Meski rasa sakit itu sudah berlalu, namun rasa takut itu selalu muncul.
Aku tidak pernah tau, dengan apa, oleh siapa dan bagaimana rasa perih ini bisa terobati.
Dan akhirnya jawaban itu kutemukan di gelap malam.
Tepatnya di sudut kamar, dan mememejam.
Ya, Tuhanku menguatkan aku.

Aku tidak tau pasti bagaimana selera dari seorang pria yang bisa menarik hati.
Bagiku, semua sama saja.
Mereka hanya datang saat butuh, lalu pergi seenaknya.
Mereka hanya menjadikan wanita sebagai objek cuci mata.
Mereka mencintai fisik, bukan hati.
Lalu, bagaimana dia mencintai Tuhan yang tidak kelihatan?

Tiap aku merasa ada rasa yang lain, hatiku berusaha mengelak.
Rasa takut itu seolah menari-nari di sekeliling hatiku.
Namun, kau berbeda.
Entah..
Rasa nyaman ini begitu saja muncul.
Kau datang sekejap, lalu dapat membuatku merasa tidak sendirian.
Kau membangkitkan beberapa mimpi yang mungkin hanya kupendam sendirian.
Kau satu-satunya yang mau melihat mimpi dibalik tumpukan kertas usang.
Yang menyemangatiku untuk terus berkarya.
Kemudian pujian itu membuat jantungku seperti ingin muncrat keluar.

Namun...
Apakah kau sama saja?
Apa kau hanya sebagai iklan, yang lewat sebentar?
Jika iya, tolong pergi jauh.

Tapi, jujur. Aku akan merindukanmu, dan chat singkat ini.
Aku akan merindukanmu.





10

Kamis, 03 Juli 2014

DIA, DIA, DIA, SELALU DIA!

Kau jahat! 
Kau tega! 
Kau iblis! 
Kau... 
Kau hina.


Hey, sadarkah kau? 
Kau sedang menyakitiku sekarang. 
Setelah semuanya jelas, dimana kau lebih memilih wanita sialan bermodalkan wajah cantik dan tubuh aduhai itu?
Dimana otakmu? Dimana perasaanmu?
Aku tidak cantik, aku tidak pintar, aku tidak bisa memakai high heels ataupun stilleto seperti dia.
Aku.. 
Aku berbanding nol dengan dia. Sialan!


Kenapa harus dia? Kenapa tidak aku? 
Kenapa harus ada dia diantara kita? Kenapa dia harus lahir menjadi 'dia' agar dia bisa menghancurkan hubungan kita? Dia? Siapa dia?! Sialan!
AKu memikirkanmu, kau memikirkan dia. 
Aku menangisimu, kau menangisi dia. 
Aku memujamu, kau memuja dia. 
Aku mengagumimu, kau mengagumi dia.
Aku mengharapkanmu, kau mengharapkan dia.
Aku menggenggam erat tanganmu, kau menggenggam erat tangannya. Pahit memang..


Tinggalkan saja aku, terangi dia! 
Biarkan aku sendiri didalam gelap ini. 
Tanpa dirimu, tanpa sosokmu, tanpa kenangan tentangmu..


Hey, aku masih menungguimu dalam gelap ini. 
Meringkuk di sudut ruangan tanpa ada cahaya sedikitpun. 
Dingin.. 
Disini dingin. 
Aku butuh pelukanmu sekarang..


Oh! aku lupa. 
Kau sedang memeluk dia sekarang. Pahit memang..
Tapi, biarlah... Aku masih disini dengan bodohnya, menunggui kamu yang tidak mungkin datang. 
Mungkin Kamu bukan 'Kamu' yg kutunggu. 
Karena pasti ada 'kamu' 'kamu' lain yang akan menjemputku di sudut ruangan gelap ini. 
Ya, pangeranku akan datang. 
Mungkin sekarang ia sedang berperang melawan naga api, atau mungkin sekarang ia sedang terjebak di hutan. 
Tapi... Dia pasti datang kesini. Iya,kan?
Pangeranku akan datang sambil menungganggi kuda putih dan sebuah pedang tergantung di pinggangnya. 

Kau tau? Dia sangat gagah.
Aku yakin waktu itu akan datang. 
Tuhan bilang, semua akan indah pada waktunya, bukan? 
Mungkin bukan sekarang, tapi nanti.
Disaat pangeranku sudah menemukanku dan menjemputku, kita akan ke istana. 
Istana dimana aku akan menikah dengan nya. 
Indah sekali gaun putih yg kukenakan. Aku seperti Cinderella.


Dan kau? Aku akan sangat berbahagia ketika pengkhianatan menghampirimu. 
Wanitamu meninggalkanmu untuk prianya. 
Kasihan sekali hidupmu.
Kenapa harus dia, dia ,dia, selalu dia? 
Ya, itu adalah alasan untukku.
Menemukan pangeranku kelak; jauh lebih baik.

Peri Pecicilan

Rian sewot. Setelah beberapa hari yang lalu kesal karena melihat Tasya ngobrol sama Malik di depan perpustakaan, kini dia melihat Tasya ketawa-ketiwi berdua dengan Ben di koridor. Hatinya mengelak. Iya sih, Tasya memang punya banyak teman karena selain cantik ,dia juga baik hati dan menyenangkan. Semua memanggilnya Peri. Peri yang selalu membawa keceriaan. Tapi kalo melihat Tasya berduaan dgn cowok-cowok itu? hhh..gak rela rasanya. Belum lagi laporan Jenni yg bilang kalau Tasya makin akrab dengan Ben semenjak satu kelompok teater untuk pensi. Dasar pecicilan! 

Dikelas, Rian menghempaskan tubuhnya ke bangku.Tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan hp dengan gelisah. 

'asyiknya ktawa-ktiwi...' 

-send- 

semenit, dua menit, tiga menit. Belum ada balasan. Rian makin gerah. Pasti si Pecicilan itu terlalu asyik sampai mengabaikan smsnya. 

Tring! 

Gemas, Rian langsung membuka SMS yang baru masuk. 

'knp sih,syg?org lg ngbrol,mang g blh?' 

beuuuh,jawaban yg tambah bikin gemas. Rian makin panas. 

"Kami cuma ngobrol biasa, kok," Tasya nyengir, berusaha menghidupkan suasana. Rian mulai lagi. Seperti biasanya, mencecanya dengan kecurigaan. "Nggak pake pegang-peganganan tangan, Yan. Suer!" 
Didepannya Rian diam dengan muka kusut. "ngapain ketawa-ketiwi sama Ben?Ganjen!" 

kalau sudah marah,Rian yang ganteng itu terlihat menyeramkan.Tasya selalu berusaha mengerti dengan sikap Rian yang mudah marah, meski lama-lama kesal juga,sih. Tasya selalu ceria dan santai menanggapi semuanya dengan canda supaya tidak memperkeruh suasana. 

"Yan..?" 

"kamu itu pecicilan! Mentang-mentang banyak yang suka sama kamu! Tapi bukan berarti kamu seenaknya nyakitin perasaan aku" 

"nyakitin?aku kan ga nyubitin kamu" 

"ampuuun,kamu ga berasa nyakitin aku?" 

"engga" 

"Tasya?" 

"iya?" 

"ampuuuuun deh!" 

"lha? kok minta ampun? tenang Ibu Peri yg baik ini mengampunimu, Yan" 

"hhh!kamu tuh yaaa!" Rian gemas. Ditatapnya mata Tasya dengan marah.Tapi, mata bening Tasya membuatnya dilema. Mata yang sungguh Rian suka dan membuat dia jatuh cinta karenanya. Bening, tenang, cerah dan terlihat lugu. Ah, lugu?engga,engga! Tasya gak lugu. Buktinya suka banget bikin cemburu. Kesana-sini senyum, ramah, ketawa.hiiih..pecicilan tingkat tinggi! 

"aku gasuka kamu dekat dgn Ben,Tasya.. "akhirnya Rian mengungkapkan unek-unek yang sedari kemarin disimpan nya. 

"masa aku harus ngomong jauh-jauhan sama Ben. Pake toa musholla gitu?" 

"serius,Tasya!Ngobrol ga musti dekat-dekatan di koridor belakang begitu kan, berduaan doang lagi" 

"aku ga deketdeketan terus.Dia pulang kerumahnya,aku pulang kerumahku. Dia dikelasnya,aku dikelasku" 

"Tasyaaaa aku serius! Kamu terlalu dekat dengan Ben,pasti ada apa-apanya." 

"Iyaaaa aku jugaaaa seriuuus. Ada apa-apanya apa?" 

"kamu pacaran sama Ben?!" 

Tasya tergelak." Ben siapa? Ben 10!wah enak pacarku superhero" 

"aku lagi marah Tasya" 

tawa Tasya berhenti. "kok curiga gitu?" 

"iya, kan?"desak Rian 

"nggak" 

"iya!" 

"yaudah,kamu yang bilang iya" 

"Tasyaaaaaaa.." 

"Riaaaaaaaan.." 

"pokoknya aku gak suka kamu dekat-dekat sama semua teman cowokmu itu. Aku gak suka liat kamu pecicilan." 

"kamu selalu nyebut aku pecicilan. Aku kan gak pernah cicil,lunas terus tauu!" 

"terserahlah!aku ga suka sama sikap kamu. sekarang kamu mau dekat sama siapapun aku ga perduli lagi"Rian bergegas dgn langkah marah 

"Yan?bener ga perduli lagi?" 

"ngaaaak!!"teriakan Rian makin jauh 

"yakin?Yaaan?" 

tak ada sahutan.Tubuh Rian telah menghilang di belokan koridor. 

Tasya kekelas dengan muka lecek. 

"Kenapa,Sya?"tanya Mia teman sebangku Tasya sejak SMP.

"Rian, Mi !udah ngambek mulu, ngatain gue pecicilan lagi, sebeeeeel!" 

"sebel apa cinta?" tanya Mia sambil menyikut Tasya.

"seb.."Tasya menghela nafas."cinta sih.." 

"wajar Rian cemburu,lo yg salah" 

"waaajar?"Tasya terbelalak "ga wajar lah! Masa remaja gue bakal hilang dong kalo gue ga boleh bergaul sama cowok manapun.." jawab Tasya sewot

Mia menatap mata Tasya. "jadi, menurut lu Rian salah?" 

"Ya salahlah!" 

"trus lu merasa bener?" 

"Ya iyalah!" 

Mia menghela nafas. Sahabatnya ini memang ego nya agak tinggi. Jadi musti sabar-sabar deh menghadapi Peri satu ini. 

"intinya di suatu hubungan musti ada tenggang rasa&kepercayaan" 

"betul!"cetus Tasya masih kesal 
"nah,lo udah tenggang rasa belum sama Rian?" 

"haa?"Tasya diam. Bagaimana dengan Glen, Romi, Halid, Malik, Reno, Rio, Yogi dan sekarang Ben. Gimana Rian ga protes tiap melihat Tasya dengan mereka ketawa-ketiwi. 

"mereka semua kan temen2 gue,Mi." ucap Tasya pelan. "Jauh sebelum gue pacaran sama Rian. Masa deket aja ga boleh. Rian keterlaluan cemburunya" Tasya membela diri. 

"Rian mungkin posesif.Tapi dia sadar, dia punya pacar cantik -peri- yg konon sebelum pacaran sama dia, jadi rebutan cowok-cowok. Dia takut kehilangan lo" 

"berarti dia ga percaya sama gue dong?" 

"karna lo ga berusaha menanamkan rasa percaya ke Rian." Jawab Mia tegas

Tasya diam terpaku. 

Mia beranjak. "Gue laper,Sya. Mau kekantin. Ikut?" 

Tasya menggeleng. 
Apa benar yg dikatakan Mia? 




Rian duduk dikelas dengan muka kusut. Seperti kemeja yang belum disetrika. 
"payah lo, kucel mulu itu muka" cetus Yoga yang menyusul duduk di sebelahnya."Peri bete lu cemburuin terus tuh" ujar Yoga seperti tau Rian tengah menunggu kabar dari Tasya. Sudah dua hari ini mereka tidak pulang sekolah bareng. 
Rian tidak menjawab. Ia merogoh kantong sakunya,melihat layar hp-nya. Kosong. Tasya belum menghubunginya sama sekali. 
"siapa yang ga kesel liat pacarnya akrab-akraban sama cowok lain..." akhirnya Rian angkat bicara. Biasanya ia paling malas kalau harus cerita masalah asmara nya dengan teman-temannya.

"ya lo bilang dong sama peri" 

"yang ada malah sewot dia, nganggep gue curigaan." 

"ngomongnya baik-baik, jangan sambil ngotot. Cewek tuh harus dilembutin. Bukan digerutin..." kata Yoga sambil duduk diatas meja Rian. 

"wajar kan kalo gue cemburu?" akhirnya Rian jujur juga. Padahal selama ini dia pantang berterus terang pada sahabatnya soal yang satu ini. "gue gasuka liat Tasya pecicilan sama cowok-cowok. Mungkin dulu sebelum dia jadi pacar gue terserah mau deket sama siapa aja, tapi sekarang,harusnya dia bisa jaga perasaan gue" 

"kalo lo percaya dia, lo ga musti curigain dan ngekang Tasya terus. Ya,wajar lp cemburu, tapi lo ga bisa ubah itu secepatnya. Pelan-pelan,broo..." 

Rian meluruskan kakinya, berselonjor. Wajah Tasya bermain dipikirannya. Tasya yang bawel dan selalu ceria. Tasya yang disukai banyak orang karena sifat periangnya dan selalu meramaikan suasana. Tasya yang selalu membuatnya tertawa dan bikin acara pacaran mereka penuh canda. 
Tapi... 

"harusnya lo tau konsekwensi pacaran sama peri. Dia cantik, banyak yg suka. Selagi lo bisa jaga dia, lo ga usah khawatir dia kelain hati. Malah kalo lo ikat dia, dia bakal berontak dan kabur. Dan pada akhirnya lo malah kehilangan dia sama sekali." 

Rian melirik Yoga. 
Benarkah apa yg dikatakan Yoga? 




Tasya tersenyum saat melihat Rian berjalan kearahnya. Setelah tiga hari menghindar darinya,siang ini Rian mau bicara dengan Tasya. Senangnyaaa, betapa dia rindu pada cowok keren itu. Tasya bertekad akan menuruti kata-kata Mia, bahwa dia harus jaga perasaan Rian. 

"Hey.." senyum Tasya sumringah 

"hai,Tasya" Rian sudah berdiri didepan Tasya. Dia rindu peri cantiknya itu. Mereka duduk di pojok kantin. 
"maafin aku ya.."Tasya membuka percakapan. "kamu bener..harusnya aku jaga perasaan kamu.." 

Rian tertegun,tak disangka Tasya memulai terlebih dahulu. Padahal baru saja ia ingin menuruti kata2 Yoga. 

"mulai sekarang aku ga akan dekat-dekat dengan teman cowokku..." 

Rian tambah tertegun. Peri cantik pecicilannya bicara begitu? 

"bener??" tanya Rian 

"iya,sueeer.." 

"tapi kalo kamu masih pecicilan?" 

"engga kok, aku kan nurut sama kamu" 

Rian bahagia mendengarnya. 

"kita baikan lagi yaaa"ucap Tasya manja 
Rian mengangguk,Harusnya dia yakin kalau Tasya begitu mencintainya. 

"aku juga minta maaf ya,Sya." 

Tasya tersenyum manis. 
Tiba-tiba hp Tasya bergetar. Suara Tasya mulai merepet. 
"Halo? Iya Ben?Seriuus?!waah senangnyaa,jadi proposal pensi udah disetujui?Hmm..aku selalu dukung kamu,kok! Nanti kalau kita sama-sama pergi ke..." 

Rian diam. Menyeruput es jeruknya dengan perasaan aneh. Baru saja peri cantiknya berjanji... 
Baru saja... Ahhhh.. 
Tapi dia ingat kata-kata Yoga "kalo lo ikat dia,dia bakal berontak. Lo akan kehilangan dia sama sekali' 
semoga Yoga benar.

Dipandanginya peri hatinya yang masih sibuk berceloteh.
Peri Pecicilan yang sangat dicintainya dan sering membuatnya gemas.

Sebal

Apa ini? Ini apa?
Semua perasaanku bercampur aduk.
Semua rampung dalam pikiranku.
Sudah sekitar setengah jam aku hanya memandangi tembok-tembok kamarku. Aku diam. Kudengar suara kalung lonceng Haci,anjingku makin mendekat. Sudah kuduga dia akan menjilatiku seperti biasa.
Entah kenapa kusuruh Haci pergi dari kamarku.
Tapi aku tidak benci Haci.

Aku mendengus.
Lalu naik keatas kasur dan uring-uringan.
Nampak seperti anak kecil yg ngambek minta dibelikan mainan.
Aku kesal,aku sebal!
Kemudian kurasakan bantal yg sedari tadi kupeluk lembab.
Ya,aku menangis.
Tidak tau karena apa. Eh, mungkin aku tau. Tapi tidak untuk orang lain tau.
Ini rahasiaku sama Tuhan saja.
Aku yg selalu menuntut orang disekitar untuk harus menuruti apa yg kukatakan dan selalu ingin dimanja membuatku menjadi gadis yg menyebalkan.
Ya, aku menyebalkan. Tunggu..aku bilang diriku sendiri menyebalkan? Bahkan diriku sendiri bilang kalau aku menyebalkan. Ahh sudahlah..

Kemudian aku lapar, aku tidak mau mati gara-gara menahan lapar.
Aku bangkit dari kasur dan pergi ke dapur.
Ya, aku lapar.

Kesal

Ini kesekian kalinya aku bangun dari tidurku. 
Kuraih telepon genggamku, melihat jam. 22:09.
 Aku menggulingkan tubuhku dan memeluk guling dihadapanku. 
Kupejamkan mataku berharap dapat tidur dgn lelap malam ini. Gagal. 
Aku membalikkan tubuhku ke arah sebaliknya dan masih mencoba memejamkan mataku. Tetap gagal. 
Aku mencoba mengikuti teori cepat tidur klasik. Ya, menghitung domba. 'satu..dua..tiga..em..' aku mulai menghitung. Arrgh sial, masih saja gagal. 
Aku duduk.
Kesal akan ketidaksanggupanku untuk memejamkan mataku sendiri. 
Kuraih telepon genggamku tadi. Sepi... 
Tidak ada satu smspun yg masuk. 
Aku memandangi telepon genggamku dengan harapan setidaknya ada getaran yg timbul akibat sms yg masuk. Tetap sepi... 
Aku tetap memandangi telepon genggamku dengan harapan ada inbox yg memenuhi memori di hapeku yg tinggal 96.07 kB lagi. Makin sepi... 
Aku menggaruk kepalaku, kesal.
Ya, aku kesal. 
Habis dia tidak ada sih.. Jadinya aku kesal.

Si Pria Kuat

Bosan aku melihat ke jendela rumahku. Kenapa hanya tetes-tetes air yg jatuh dari langit?

Aku menyenderkan kepalaku di bantal. Mencoba mencari posisi ternyaman. Nyaman.. Ya, sangat nyaman. 



... 


"kau datang agak terlambat, sayang" Sesosok tubuh pria memelukku dari belakang. 

"maaf, agak telat" balasku singkat. 

"setidaknya kau datang." lanjutnya sambil tersenyum.

"kau terlihat rapih hari ini" tanyaku heran, pria yang biasa hanya mengenakan kaos oblong dan jeans ini terlihat berbeda dari biasanya.

"kalau bertemu dengan orang yang istimewa memang harus berdandan rapih,kan?" 

"aku tidak berdandan rapih, tetapi kau istimewa" 

"oke, aku kalah" Ia mulai memelukku lagi. Lebih erat dari sebelumnya. "aku mencintaimu.." kata-katanya barusan memenuhi telingaku, nafasnya terasa di pipi kananku.

"maaf..." kataku pelan. 

Perlahan ia mulai meregangkan pelukan nya tadi. "maaf?" 

"iya, maaf.." 

"kau tidak melukaiku sedikitpun, Sayang." 

"aku melukaimu." 

"tidak." 

"iya." 

"oh, sungguh tidak." 

"iya." 

"iya?" 

"iya..." 

kami berdua diam. Mulai sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya detik jam dinding yang terdengar. Dia yang kebinggungan, aku harus bilang sekarang.

"maaf.." Aku mengulang kata yg sama. 

"maaf?" 

aku mengganguk. 

"setelah beberapa tahun kita menjalin hubungan,kurasa cukup disini." lanjutku parau

Ia diam. Dahinya mengerut, seperti tidak percaya. "apa?" 

"kurang jelaskah?" 

"ya, tentu kurang jelas. Sangat kurang" 

"aku mencintai lelaki lain, mungkin tidak lebih baik darimu tapi aku mencintainya." 

"siapa lelaki itu?" suara pria itu terdengar agak tinggi namun lembut. Mungkin sedang menahan emosinya agar tidak meledak. 

"ketua seni di kampus" 

"oh, dia.." 

Aku diam. 

"Ku pikir selama ini aku bisa menjagamu dengan baik. Melindungi mu dari segala rayuan lelaki diluar sana. Tapi... Sekarang aku kalah." hembusan napasnya terdengar begitu berat. Mungkin sesak sedang menyelimuti paru-paru nya. "Kalau kau merasa pria itu dapat memberikan apa yang tidak bisa kuberikan, pergilah. Kalau kau merasa pria itu dapat menjagamu lebih dari apa yg bisa kulakukan terhadapmu, pergilah." 

Suasana hening. 

"mengapa kau begitu saja melepasku? Apa kau tidak menahanku?" aku mulai protes. Bodohnya, aku yg menyakiti tapi aku yg protes. Bodoh.. 

"aku tidak menahanmu, sudah kubilang, pergilah" 

"harusnya aku tau, kau tidak mencintaiku,kan?" Aku mulai bertanya heran
"jadi, kau mau aku menahanmu?" 

aku mengangguk. 

"ayolaah. Aku bukan pria tampan di serial Korea yg setiap sore kau tonton sambil menjerit-jerit dan menangis. Bodoh" 

suasana kembali hening. 


"bilang kepada pria mu, jangan sesekali melukaimu sedikitpun. Bukan karena aku masih memperdulikanmu, tapi aku tidak mau hukum karma menghampirimu. Kau gadis lemah." katanya sambil tersentum."Oke, kurasa cukup. Selamat berbahagia dengan dia yg baru." 

Pria itu membalik kan tubuhnya. Menarik napas dalam-dalam lalu dihembuskan dengan berat. Dengan tegap ia berjalan meninggalkanku. Setetes air mengalir di pipi pria itu, dengan cepat dihapusnya. 

"hey" panggilku.
dia menoleh kearahku. 

"kau pria kuat. Tuhan besertamu." 

"ya, aku memang pria yang kuat. Tuhan besertamu dan kekasih barumu juga" katanya.

 
Langkahnya makin menjauh, menjauh, menjauh, dan hilang.. 



... 




Kriiing! Kriiiing! 
Aku terbelalak sampai terbangun. Kuraih handphone ku dan mematikan alarm neraka itu. 
Ternyata mimpi, kataku. Kulihat diluar masih hujan. Awet. Betah. Lama. 

Tersadar, aku memimpikan pria itu. Ya, aku kangen. 
Kemudian handphoneku bergetar. 
'hey,kabar baik?ada waktu?kutunggu di tempat biasa' 
aku makin terbelalak saat kulihat pesan masuk dari Si Pria Kuat. 
Antara mimpi dan kebetulan. Yaa, beda-beda tipis. 







@febylamtiur