![]() |
Pada akhirnya Gadis Kecil itu bosan selalu jadi nomor dua di hidupnya. Dia juga ingin diperhatikan dan dimanja. Dia muak dengan segala ketidakpedulian ini. Dia ingin dianggap, ingin diakui! Bukankah Gadis Kecil itu juga penting? Mengapa semua orang lebih menyayangi perempuan itu?
Hati si Gadis Kecil menjadi semakin panas saat sekuat usahanya untuk menindas dan menjatuhkan perempuan itu, ia tetap cuek dan berbahagia, bahkan tak pernah ambil pusing dengan apapun tindakan nya. Usaha Gadis Kecil untuk mendapat perhatian pun selalu gagal. Ia geram, sangat marah. Ia benar-benar sudah muak!
Hingga di malam hari saat hujan deras turun, si Gadis Kecil itu melangkah pelan ke arah dapur. Mata nya mencari-cari sebuah benda. Kemudian, dapat! Pisau.
Kaki nya yang mungil melangkah pelan menuju kamar seseorang.
![]() |
dimana?dimana kamarmu? |
Bunuh.
Bunuh.
Bunuh.
Terdengar suara di benaknya. Semakin kencang. Semakin riuh. Semakin memaksa. Semakin berteriak, hingga peluh mulai membasahi dahinya.
Crat!
Gadis Kecil itu berhasil menghujamkan satu tusukan tepat di jantung perempuan yang tengah tertidur itu.
Bunuh!
Bunuh!
Bunuh!
Diiringi kerasnya suara di otak Gadis Kecil, hujaman demi hujaman terus ditusukkan ke jantung si perempuan itu. Belum puas, si Gadis Kecil mengarahkan hujaman pisau itu ke perut serta dada perempuan itu hingga darah itu melumuri tangan hingga wajah si Gadis Kecil. Dengan singkat, seluruh kasur itu menjadi lautan darah.
Gadis Kecil tersenyum puas menyaksikan mayat berlumuran darah di hadapanya, napasnya terengah-engah.
Sebelum hendak turun dari lautan darah itu, Gadis Kecil itu menanjapkan hujaman terakhirnya tepat di dahi si perempuan. Kemudian ia tertawa puas lalu mencium pipi perempuan itu hingga darah segar menempel di bibir mungilnya.
Dengan begitu, tidak ada lagi yang mencuri kebahagiaannya, tidak ada lagi yang menomorduakannya, tidak ada lagi yang mengabaikannya. Semua perhatian tertuju padanya,
si Gadis Kecil yang muak akan pengabaian.
Ia menggilirkan pisau darah itu ke kolong tempat tidurnya, lalu mengelap wajah serta tangan nya sambil memilih piyama baru di lemari. Tak lama ia berkaca sambil menyisir rambut coklat panjang yang sedikit berbercak darah. Sudah cantik, batin nya.
Kemudian ia naik ke atas kasur dan menarik selimutnya.
Si Gadis Kecil tersenyum lebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar